Dalam proses produksi, kami bekerja sama dengan
Garin Nugroho dan Padi-Padi Creative. Melalui dialog intensif selama fase
pascaproduksi, visualisasi cerita menjadi sangat kuat tanpa kehilangan
kejujuran naratifnya. Sang sutradara benar-benar bisa memilih cerita yang tepat tak hanya
untuk Stranas, tepat untuk situasi nasional , dan tepat untuk pendidikan warga negara.
Mas Garin menambahkan, “Kedewasaan sebuah negara bisa dilihat
dari keberaniannya membuka aibnya sendiri.”
Film ini bukan tentang kemenangan, tapi tentang
keberanian untuk tidak lagi menyangkal. Ini adalah bentuk komunikasi publik
yang jujur, emosional, dan strategis. Sebuah upaya dari Stranas PK
(Strategi Nasional Pencegahan Korupsi) untuk menjembatani kerja-kerja
struktural dengan empati publik. Karena kami percaya: kesadaran tidak bisa
dipaksa—ia harus ditumbuhkan.
Lewat film ini, kami tidak menjanjikan solusi instan.
Tapi kami mengajak publik untuk merasakan—bahwa di balik sistem yang kompleks,
ada manusia-manusia yang memilih jalan integritas. Dan cerita seperti ini layak
didengar. Layak dirayakan.
Setelah terpilih world premier di International Film
Festival Rotterdam dan gala premier di Jakarta, Film ini akan bertemu dengan
penontonnya di seluruh Indonesia. Lewat Nonton Bareng Gratis di seluruh daerah
di Indonesia.
GIZ dan Tempo Media berperan besar mempertemukan film
ini bertemu dengan penontonnya mulai Juni 2025 nanti. Kami, berharap makin
banyak yang turut berpartisipasi untuk mempertemukan film ini kepada
penontonnya, penonton Indonesia, yang sepertinya memang sudah bosan dengan
cerita yang dipoles dan heroik.
Seperti berlikunya pencegahan korupsi, Stranas PK tidak menjanjikan akhir bahagia.
Tapi kami percaya, kejujuran yang disampaikan dengan keberanian, bisa jadi awal
perubahan.
Film ini bukan jawaban—ia undangan. Untuk melihat lebih dekat, merasakan lebih
dalam, dan mungkin… memulai percakapan yang selama ini kita hindari.
"With simplicity and
directness, Whispers in the Dabbas raises a voice for the ordinary people
crushed by the establishment."( Srikanth
Srinivasan / Kritikus Film dalam catatan Program IFFR).