Acara ini juga dihadiri oleh Walikota Yogyakarta, Bupati Sleman,
Bantul, dan Gunungkidul, serta Sekretaris Daerah dan Inspektorat dari seluruh
kabupaten/kota se-DIY. Hadir pula perwakilan perguruan tinggi, budayawan, dan
organisasi masyarakat sipil, menandai kuatnya komitmen Yogyakarta dalam gerakan
antikorupsi nasional.
Sutradara Garin Nugroho kembali menyampaikan apresiasinya,
“Apresiasi setinggi-tingginya untuk Stranas PK. Sebuah lembaga negara yang
berani menghadirkan cerita pahit, sangat pahit. Tapi justru dari situ kesadaran
baru lahir. Kita tidak bisa terus-menerus menyembunyikan luka jika ingin
benar-benar sembuh.”
Yogyakarta bukan hanya lokasi, tetapi juga sumber energi. Kota ini
pernah menjadi simpul awal dorongan reformasi sistemik antikorupsi. Fakultas
Ekonomika dan Bisnis UGM pada masa awal pernah menjadi penggerak penyusunan
kajian yang mendorong lahirnya Perpres No. 54 Tahun 2018 tentang Strategi
Nasional Pencegahan Korupsi (Stranas PK). Ini menjadi fondasi kuat untuk
memulai roadshow film dari kota ini.
Roadshow akan berlanjut ke Jayapura, Pekanbaru, dan Balikpapan, daerah-daerah
prioritas aksi pencegahan korupsi 2025–2026. Di setiap titik, film ini membawa
semangat dialog, kesadaran publik, dan ajakan untuk berani bersikap.
Seperti sambutan Koordinator Harian Stranas PK, Didik
Mulyanto yang kembali menegaskan pernyataan dari ketua KPK Setyo Budiyanto
bahwa korupsi bukan soal angka, tapi soal nyawa, tanah, dan keadilan yang
hilang.
Nyanyi Sunyi dalam Rantang adalah cermin bagi kita semua,
tentang keberanian untuk bersuara, tentang pentingnya berpihak pada yang tak
terdengar, dan tentang kerja kolektif mencegah korupsi mulai dari hal paling
dekat: kehidupan sehari-hari.